Rabu, 14 Mei 2008

Kitab Kasyfu Syubuhat Kitab Kafir ? (Bagian 2)

AbuSalafy menyatakan,

Sepertinya Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb hendak mengesankan kepada kita bahwa ajakannya adalah kelanjutan dari ajakan para Nabi as. Atau ia ingin membangun opini bahwa para Nabi dan Rasul as. itu tidak diutus oleh Allah SWT kecuali kepada kaum yang berg-huluw kepada kaum shâlîhîn semata! Atau bahwa kesalahan terbesar yang menjerumuskan mereka ke dalam lembah kemusyrikan hanyalah berghuluw kepada kaum shâlîhîn! Seperti yang ia tegaskan dalam kitab at Tauhid-nya dengan menulis sebuah bab dengan judul, “Bab bukti-bukti yang datang bahwa sebab yang membawa bani Adam kepada kekufuran dan meninggalkan agama mereka adalah ghuluw terhadap. kaum shâlîhîn.” (Syarah Ibnu Utsaimin atas Kasyfu asy-Syubuhât:15).

Ini semua tidak benar dan tidak berdasar, sebab pada kenyataannya mereka menyekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala. Dan ini sudah cukup untuk menjadi alasan kemusyrikan mereka. Sementara itu, lawan-lawan ajakan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb yang membantah alasan-alasannya dan yang ia kafirkan serta ia perangi adalah kaum Muslimin yang mengesakan Allah dan tidak menyembah selain-Nya, akan tetapi mereka berkeyakinan bahwa ber-tabarruk dengan para shâlîhîn, yang sementara ini divonis syirik olehnya. Karenanya, Syeikh banyak mengulang poin ini dalam banyak kesempatan.

Komentar saya,

Memang benar syaikh Muhammad Bin Abdul wahhab mengatakan bahwa kesalahan terbesar yang menjerumuskan ke lembah kemusyrikan adalah sikap Ghuluw terhadap orang shalih akan tetapi sangat mengada-ngada kalau Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyatakan bahwa Rasulullah tidak diutus kecuali kepada kaum yang berghuluw saja. Point utama yang dibahas syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Tauhid Uluhiyyah (mengesakan Allah saja dalam beribadah –red), dan dalam masalah tauhid uluhiyyah kebanyakan tindakan kesyirikan ini dikarenakan sikap berlebihan kita kepada orang shalih.

Pernyataan “Ini semua tidak benar dan tidak berdasar, sebab pada kenyataannya mereka menyekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala” saya mengomentasi bahwa apanya yang tidak berdasar ? sebagaimana yang saya kemukakan saya memberi nasehat kepada AbuSalafy silakan dibaca lagi buku syarah Kasyfu Syubuhatnya sebelum melontarkan pernyataan ini.

Mengenai masalah ini dalil yang dikemukakan oleh syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah firman Allah Taala :

“dan jika engkau bertanya kepada mereka (orang-orang musyrik-red), siapakah yang menciptakan langit dan bumi ? , niscaya mereka akan menjawab ‘Yang menciptakan semua itu adalah dzat Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui” (QS Az Zukhruf:9)”

“Dan jika engkau bertanya kepada mereka , siapakah yang menciptakan mereka ? niscaya mereka akan menjawab ,’Allah’ “(QS Az Zukhruf:87)

“katakanlah, ‘siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang berkuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ? pasti mereka akan menjawab Allah , maka katakanlah , mengapa engka tidak mau bertakwa (kepada-Nya)” (QS Yunus:31)

Dan banyak ayat yang menjelaskan demikian. Ayat ini menjelaskan bagaimana kondisi kaum kafir yang menentang dakwah Rasulullah pada waktu itu. Mereka tidak menentang bahwa Allah Azza Wa Jalla adalah Rabb (Tuhan) seluruh Alam, mereka tidak menentang bahwa Allah adalah Rabb yang mengatur segala urusan. Orang-orang musyrik waktu itu paham apa yang dimaksud Rasulullah ketika diperintahkan “la illahaillahllah” yang dimaksud Rasulullah bukanlah meminta orang musrik waktu itu mengakui ketuhanan Allah akan tetapi menghilangkan penyembahan-penyembahan selain Allah yang mereka yakini untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana firman Allah :

“Katakanlah, La ilaa ha illallah, mereka menjawab ‘apakah dia hendak menjadikan sesembahan yang banyak ini menjadi satu sesembahan saja ? sungguh ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan” (QS: Ash Shad:5)

Padahal sudah jelas mereka tidak mengingkari bahwa Allah lah yang mengatur segala urusan, Allah yang member rizky dan sifat ketuhanan yang lain. Hal ini karena mereka beralasan bahwa penyembahan meraka kepada berhala adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti firman Allah mengenai mereka:

“Mereka (nabi/orang shalih –red) itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah “(QS :Yunus 18)

“Kami tidak beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” (QS Az Zumar:3)

Di dalam Al Qur’an dikisahkan tentang permintaan kaumnya Musa Alaihissalam, firman Allah Ta’ala:

“Buatkanlah untuk kami Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunya tuhan-tuhan (berhala-berhala)” (QS:Al A’raf)

Saya meyakini bahwa kaum nabi Musa waktu meminta hal tersebut bahwa berhala yang mereka minta itu bisa memberikan rizky maupun hal-hal yang bisa Tuhan lakukan. Tidak demikian, mereka berpikir itu merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah akan tetapi mereka justru terjerumus ke dalam kesyirikan. Ini jugalah yang merupakan kebodohan orang-orang musyrikin pada zaman Rasulullah, mereka mengetahui tentang Allah sebagai Rabb semesta alam, akan tetapi mereka menolak tauhid dalam hal Uluhiyyah (mengesakan Allah dalam hal Ibadah) akan tetapi dengan menyatakan hal tersebut AbuSalafy malah menuduh syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab memuji kaum musyrikin . Bukan seperti itu wahai abuSalafy, syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ingin menyatakan bahwa umat islam banyak yang tidak mengetahui tentang hakikat tauhid uluhiyyah sedangkan orang musyrik waktu itu justru mengetahui makna dari kata ‘la ilaa ha illallah’

Ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyatakan argumentasinya dengan firman Allah Ta’ala :

Katakanlah:” Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab:” Allah”. Maka katakanlah:” Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya ).” (Yunus, 31)

Tidak ada komentar: