Senin, 12 Mei 2008

Jawaban untuk AbuSalafy

Tulisan ini merupakan komentar saya terhadap AbuSalafy atas komentarnya terhadap tulisan saya


Mengenai patung Syaikh Abdul Qadir Jailani rahimakumullah dan Ahmad Al Badawi saya tidak menemukan literatur khusus yang menjelaskan patung apakah itu. Jadi saya menganggap seperti perkataan saudara abuSalafy bahwa yang dimaksud syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Batu nisan dari beliau berdua.

Saya sependapat dengan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa mengambil berkah dikuburan para wali adalah tindakan kemusyrikan dan saya juga berpendapat seperti syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang tidak mengkafirkan orang yang mencari berkah di kuburan Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Ahmad Al Badawi dikarenakan ketidaktahuan mereka atau mereka sudah tahu akan tetapi mereka merasa belum yakin akan kebenaran dari dalil-dalil yang disampaikan kepada mereka.

Kenapa mencari berkah syirik ?

Perlu saya tegaskan saya sama sekali tidak mengingkari adanya syafaat Rasulullah maupun para wali-wali Allah sebagaimana telah dijelaskan pada banyak hadits mengenai syafaat ini. Fokus utama saya adalah mengenai mencari berkah di kuburan para Wali.

Orang mati tidak bisa mendengar

Dari Ibnu Umar berkata : Nabi berdiri di sumur Badar, seraya bersabda : “Apakah kalian mendapatkan kebenaran janji Rabb kalian ?, kemudian beliau bersabda sesungguhnya mereka sekarang mendengarkan apa yang saya ucapkan. Tatkala kabar ini sampai kepada Aisyah, beliau mengatakan :’Sesunguhnya yang dikatakan oleh Nabi adalah : Sesungguhnya mereka sekarang mengetahui bahwa apa yang Saya ucapkan pada mereka adalah benar’. Kemudian dia membacakan ayat “Sesungguhnya engkau tidak dapat membuat orang yang mati bisa mendengar. (HR Bukhori 1370, Muslim 2873)

Dari Anas bahwasanya Rasulullah membiarkan korban mayat perang Badar (dari kalangan musyrikin) selama tiga hari hingga mereka menjadi bangkai kemudian beliau mendatangi mereka seraya berkata “Wahai Umayyah bin Kholaf, Wahai Abu jahal bin Hisyam, Wahai ‘utbah bin Rabi’ah, wahai Syaibah bin Rabi’ah apakah kalian mendapati kebenaran janji Rabb kalian ? sesungguhnya saya menjumpai janji Rabbku” tatkala umar mendengar ucapan beliau, maka dia berkata : “wahai Rasulullah, engkau memanggil , mereka setelah iga hari, apakah mereka bisa mendengar padahal Allah berfirman :”Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang yang mati itu mendengar”. Nabi bersabda :”Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya. Tidaklah kalian lebih mendengar daripada mereka, tetapi mereka tidak bisa menjawab (Musnad Ahmad 3/287) dengan sanad shahih berdasarkan syarat muslim.

Hadits ini menjelaskan beberapa hal :

§ Orang-orang musyrik yang dibuang di sumur Badar mampu mendengar perkataan Rasulullah

§ Aisyah mengomentari berita ini dengan menyatakan bahwa orang yang mati tidak bisa mendengar sedangkan Umar mempertanyakan masalah ini kepada Rasulullah dengan dalil yang sama dengan Aisyah

§ Rasulullah tidak mengingkari dalil yang diucapkan umar mengenai bahwa orang mati tidak bisa mendengar

Aisyah radiyallahuanha melakukan kesalahan atas kritiknya terhadap rawi yang menyampaikan berita ini kepada beliau. Hal ini karena beliau (Aisyah) tidak melihat sendiri apa yang terjadi sehingga Aisyah mengira bahwa perkataan orang yang menyampaikan berita ini kepada beliau kurang tepat karena bagaimana mungkin orang mati bisa mendengar. Begitulah menurut pendapat Aisyah. Akan tetapi Aisyah tidak salah dalam menetapkan hujahnya berdasarkan surat Ar-Ruum 30 karena memang pada asalnya orang mati tidak bisa mendengar.

Tidak demikian dengan Umar karena beliau ada disitu waktu Rasulullah berkata pada mayat-mayat orang-orang musyrik sehingga Umar perlu mempertanyakan bagaimana bisa orang mati mendengar ?.

Perkataan Aisyah dan Umar mengisyaratkan bahwa orang mati tidak bisa mendengar secara umum berdasarkan ayat suart Ar-Ruum 30. Akan tetapi pada kejadian/waktu tertentu mayat bisa mendengar sesuai dengan perkataan Rasullah dalam beberapa hadits salah satunya hadits diatas. Sebagaimana juga Rasullah menyatakan bahwa mayit mendengar suara sandal orang yang mengantarkan mereka ke kubur. Hal-hal seperti ini adalah pengkhususan kejadian terhadap keumuman ayat.

Hal ini juga disindir oleh Allah Azza Wa Jalla dalam firmannya :

“Jika kamu menyeru mereka (untuk mencari berkah –red), mereka tidak mendengar seruanmu. Dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui” (QS Fathir 14)

Yang saya tanyakan adalah, bagaimana mungkin orang yang mati bisa memberikan berkah jika mendengarpun mereke tidak mampu ? Berbeda kasusnya kalau syaikh Abdul Qadir Jailani masih hidup, kita bisa meminta kepada beliau agar mendoakan kita misalnya. Hal seperti adalah wajar dan bukanlah sebuah kesyirikan.

AbuSalafy juga menyatakan bahwa pernyataan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berikut ini :

Musuh jenis ketiga: “Orang yang telah mengetahui tauhid, mencintainya dan mengikutinya. Mengetahui syirik dan menjauhinya, akan tetapi ia benci masuk ke dalam tauhid dan tetap suka berada di atas kemusyrikan. Orang ini juga kafir! Sebagai bentuk pengkafirn kepada seluruh umat islam yang tidak mengikuti ajakan beliau.

Sepertinya AbuSalafy masih belum memahami perkataan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dimana beliau berkata :

“Aku hanya mengkafirkan orang yang telah mengetahui Agama Rasulullah Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam kemudian setelah dia mengetahuinya lantas mengejeknya, melarang manusia dari memeluk agama tersebut dan memusuhi orang yang berpegang dengannya. Tetapi kebanyakan umat –alhamdulillâh- tidaklah seperti itu”. (Ad Durarus Saniyyah : 1/73)

Bukankah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan tetapi kebanyakan umat – Alhamdulillah - tidak seperti itu ?. Ini menunjukkan bahwa golongan orang yang mengetahui Tauhid akan tetapi lantas ia mengejeknya dan tetapi berada diatas kemusyrikan adalah sangat sedikit bukan kebanyakan umat. Saya pribadi belum pernah menjumpai golongan ini ditempat saya. Disini ada dua golongan yang saya temui:

1. Orang yang belum mengetahui tentang tauhid sehingga terperosok kedalam tindakan kemusyrikan

2. Orang yang sudah mengetahui dalil-dalilnya akan tetapi belum meyakini bahwa dalil-dalil yang dikemukakan adalah benar karena adanya syubhat disana-sini

Dan saya tidak mendapati syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengkafirkan orang-orang semacam ini.

Mengenai halaman buku yang abuSalafy tunjukkan kepada saya mohon maaf sepertinya saya tidak menemukan hal-hal yang dituduhkan abuSalafy pada halaman tersebut. Ini kemungkinan karena perbedaan kitab yang menjadi pegangan

Kitab pegangan saya :

Syarah Kasyfu Syubuhat dilengkapi dengan Syarah Ushulus Sittah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin yang diterbitkan oleh media hidayah karang asem CT III/3 Yogyakarta) yang pada pengantarnya tertanggal Juni 2004. Mohon maaf atas kekurangannya

Dan perlu menjadi kehati-hatian bahwa ada segolongan yang mengaku sebagai salafy akan tetapi pada hakikatnya kami (salafy) tidak semanhaj dengan mereka. Ciri utama mereka adalah begitu mudahnya mereka mengkafirkan orang yang berbuat kemusyrikan. Menganggap bahwa Negara ini adalah Negara Taghut dan lain-lain. Maka ketahuilah mereka bukan bagian dari kami meskipun mereka juga mengaku sebagai salafy. Sehingga nantinya jangan salah tuduh kepada kami atas apa yang dilontarkan golongan tersebut atas nama kami

Sekian terima kasih atas perhatiannya

2 komentar:

ridho tambunan mengatakan...

maaf akhi abu hasan....

Kesalahan terbesar anda adalah meng-qiyas ayat2 yg jelas2 di tujukan untuk orang kafir untuk para waliyullah, ini ada apa sebenarnya...??
saya sering sekali menemukan kesalahan seperti ini...., apakah menurut i'tiqad anda orang kafir itu sama dengan para waliyullah....? apaklah menurut anda orang yg beriman sama dengan orang yg tidak beriman....???

ketika berbicara ziarah, orang2 salafi selalu menganggap kuburan itu seperti berhala..,saya sering sekali membaca dan mendengan ucapan ini dari situs salafi..,kenapa ya....???

apakah imam ahmad yg berziarah ke kuburan imam syafi'i dianggap berziarah ke berhala...???

ko semudah itu ya penilaiannya...??

saya tak usah mengeluarkan dalil macam2 karena ta perlu dalil pun qiyas anda sudah di tertawakan orang awam...

terima kasih

Abu Hasan Mustofa Al Atsary mengatakan...

@ridho tambunan

ayat mana yang saya tujukan ke waliyullah ?

dikomentar saya, saya hanya menyertakan dua ayat saja yaitu Ar-Rum yang menyatakan bahwa orang amti tidak bisa mendengar dan juga ayat berikut :

“Jika kamu menyeru mereka (untuk mencari berkah –red), mereka tidak mendengar seruanmu. Dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui” (QS Fathir 14)

Sudah jelas ayat itu ditujukan untuk orang-orang musyrik yang kafir yang oleh Rasulullah diperangi. Apalagi saudara ridho tambunan menyangka saya menyamakan i'tiqad orang-orang musyrik dengan waliyullah. apa ini bukan fitnah ?

yang gampang menfitnah disini itu mas ridho atau saya ? seperti pernyataan mas ridho berikut ini :
ketika berbicara ziarah, orang2 salafi selalu menganggap kuburan itu seperti berhala..,saya sering sekali membaca dan mendengan ucapan ini dari situs salafi..,kenapa ya....???

apakah imam ahmad yg berziarah ke kuburan imam syafi'i dianggap berziarah ke berhala...???

mas sudah baca artikel saya belum mengenai ziarah kubur ?
kalau belum silakan dibaca http://abuhasanmustofa.blogspot.com/2007/11/ziarah-kubur-dilarang-bagian-1.html

dan silakan dibaca juga :
http://abuhasanmustofa.blogspot.com/2007/12/ziarah-kubur-dilarang-bagian-2.html

sebelum mengatakan sesuatu mohon diteliti dahulu dengan baik pendapat-pendapat saya. Jangan terlalu gegabah mas ridho

dan juga insyaallah nanti saya akan mengomentari kritik abuSalafy mengenai kitab kasyfu syubuhat di blog ini. Jika anda ingin mencari kebenaran silakan baca pendapat saya mengenai hal ini.

sekali lagi jangan asal tuduh sana-sini tanpa bukti/dalil yang kuat mas ridho