Minggu, 18 November 2007

Mereka Berbohong Atas Nama Kami ( bagian 1)

Bismillahirrahmaanirrahim,

Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah situs blog yang menuduh kami (salafy) sebagai jamaah takfir. Kami adalah jama’ah yang memiliki kerancuan konsep tauhid (salafyindonesia.wordpress.com)

Berikrar syahadat berarti terjauhkan dari perbuatan syirik ?

Tulisan pada blog salafyindonesia mengatakan bahwa kami (salafy) merasa diri sebagai paling monoteisnya (ahli tauhid) makhluk di muka bumi maka dengan otomatis merekapun akhirnya suka menuduh kelompok muslim lainnya yang tidak sepaham sebagai pelaku syirik, penyekutu Allah swt. Padahal terbukti bahwa para pengikut muslim lain -selain Wahaby- pun telah mengikrarkan Syahadatin (dua kalimat syahadat) dengan ungkapan “Tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Kalimat ini sebagai bukti bahwa seseorang telah dinyatakan muslim (pengikut Islam Muhammad) dan telah terjauhkan dari ajaran syirik yang diperangi oleh agama Islam dari berbagai mazhab Islam manapun.

Tentu saja kami ini (salafy) adalah umat islam, sudah sewajarnya kami menjauhkan diri dengan apa yang disebut kesyirikan. Kami mengajarkan kepada umat untuk menjauhi kesyirikan kepada Allah. Tapi tuduhan bahwa kami menuduh semua kelompok yang tidak sepaham dengan kami adalah pelaku syirik yang bisa kami katakan adalah, kita bedanya dimana dulu ?. Jika perbedaannya pada hal kami tidak membaca qunut saat subuh dan yang lainnya membaca maka otomatis pihak yang membaca qunut subuh adalah pelaku syirik ?, tentu sangat tidak masuk akal. Tolong dibedakan antara maksiat (secara umum) dan perbuatan kesyirikan kepada Allah. Akan tetapi jika memang sesorang itu melakukan perbuatan kesyirikan kepada Allah apakah salah kalau kami mengatakan bahwa kami menasehati seorang tersebut bahwa dia telah berbuat kesyirikan dan menasehatinya untuk bertobat ?

Kami sangat tahu bahwa setiap muslim pastinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi bukan berarti dengan mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut secara otomatis mereka terjauhkan dari perbuatan kesyirikan. Ikrar syahadat menunjukkan bahwa seseorang telah menjadi muslim, bukan bersih dari kesyirikan.

Abu Waqid Al Laitsi[1] berkata, “Kami pergi keluar bersama Rasulullah menuju Hunain. Waktu itu kami baru saja masuk islam. Ketika itu orang-orang musryik memiliki sebatang pohon untuk bersemedi dan menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu dinamakan dengan dzatu anwath. Tatkala kami melewati pohon tersebut kami berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah dzatu anwath untuk kami seperti mereka.”.

Rasulullah bersabda,

Allahu Akbar, itu adalah tradisi orang-orang sebelum kalian. Demi Dzat yang diriku berada ditangan-Nya, ucapan kalian itu seperti ucapan Bani Israil kepada Nabi Musa, “Buatkanlah sesembahan-sesembahan untuk kami sebagaimana mereka juga memiliki sesembahan yang banyak” (QS : Al A’raf : 138) Kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian”. (Shahih, diriwayatkan oleh Tirmidzi 2180, Nasa’I dalam Al Kubra 11185, Ahmad 5/218, Ibnu Hibban 6702, Abu YA’la 1441, Ibnu Syaibah 15/101, Thabrani dalam Al Kabir 3290)

Lihatlah, bukankah sahabat Abu Waqid dan yang lainnya sudah masuk islam, akan tetapi mereka terjebak kepada sebuah kesyirikan (walaupun bukan maksud mereka untuk berbuat syirik kepada Allah). Lalu bagaimana bisa salafyindonesia menyatakan bahwa setiap muslim yang telah bersahadat telah terjauhkan dari perbuatan kesyirikan ?.

Imran bin Hushain[2] menuturkan bahwa Rasulullah melihat seseorang yang memakai halqah – semacam gelang atau kalung yang dikenakan di badan – dari kuningan. Beliau lantas bersabda, “ Apa ini ?” orang itu menjawab, “Penangkal sakit.” Nabi bersabda, “Lepaskanlah barang itu. Barang itu hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Kalau engkau meninggal padahal halqah itu masih engkau pakai maka engkau tidak akan beruntung selama-lamanya.” (Hasan, diriwayatkan oleh Ahmad 4/445 dan Ibnu Majah 3531)

Ibunu Abi Hatim[3] meriwayatkan dari Hudzaifah[4] bahwa Nabi melihat seseorang memakai benang untuk mengobati sakit panas. Beliau lalu memutus benang tersebut seraya membaca firman Allah Ta’ala “ Sebagian besar dari mereka tidak meriman kepada Allah melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan selainnya)”. (QS. Yusuf : 106)

Tiga contoh diatas sudah sangat membuktikan bahwa mereka yang sudah muslimpun masih bisa terjerumus dalam kesyirikan.

Salafyindonesia menyatakan Dalam buku-buku karya ulama Wahaby –sebagai contoh dapat anda telaah dalam kitab at-Tauhid karya Muhammad bin Abdul Wahab yang disyarahi oleh Abdul Aziz bin Baz- akan kita dapati bahwa ajaran tauhid menurut kaum Wahaby hanya mereka bagi menjadi dua bagian saja; tauhid dalam pengaturan/pemeliharaan (rububiyah) dan tauhid dalam ketuhanan (uluhiyah). Lantas tauhid dalam pengaturan/pemeliharaan (rububiyah) mereka artikan dengan tauhid dalam penciptaan (khaliqiyah). Sedang mereka tafsirkan tauhid dalam ketuhanan (uluhiyah) dengan tauhid dalam peribadatan (ubudiyah). Dengan kata lain, kaum wahabi telah mengidentikkan ketuhanan (uluhiyah) dengan peribadatan (ubudiyah), dan pengaturan/pemeliharaan (rububiyah) dengan penciptaan (khaliqiyah). Dan akan jelas sekali kasalahan fatal dalam pembagian, pengertian dan pengidentikan semacam ini. Akan kita buktikan secara ringkas di sini.

Terus terang kami tidak yakin pihak salafyindonesia benar-benar membaca kitab tauhid karya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Walau membacapun terlihat sekali yang dibaca hanya sekilas saja sehingga mengambil kesimpulan yang sangat jauh dari yang dimaksud syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak mengatakan bahwa tauhid dibagi menjadi 2 bagian akan tetapi 3, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa sifat.

Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah dalam Hal penciptaan, penguasaan, dan pengaturan alam semesta. Kami berkeyakinan bahwa hanya Allah yang telah menciptakan alam semesta ini, Allah yang mengatur dan menguasai alam semesta ini. Tauhid Rububiyah menetapkan bahwa Allah adalah Tuhan secara mutlak. Tauhid Rubuiyah tak terbatas pada pengaturan dan pemeliharaan saja seperti yang dituduhkan salafyindonesia kepada kami.

Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Semua ibadah kita tujukan semata-mata kepada Allah. Tidak boleh bagi kita selain beribadah kepada Allah juga beribadah kepada selainnya.

Tauhid Asma’ wa Sifat adalah mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifatnya yang terdapat dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya. Untuk lebih jelasnya silakan dilanjutkan membaca tulisan ini pada bagian 2.


[1] Beliau adalah Al Harits bin ‘Auf seorang sahabat yang terkenal dan wafat tahun 68H.

[2] Beliau adalah Abu Nujaid ‘Imran bin Hushain Al Khuzai. Bapak beliau juga seorang sahabat. Beliau masuk islam pada waktu perang Khaibar dan wafat di Bashrah pada tahun 52.

[3] Beliau adalah Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim Muhammad bin Idris Ar Razi. Beliau adalah penulis kitab Al Jahr Wat Ta’dil. Beliau wafat pada tahun 327H.

[4] Beliau adalah Hudzzaifah Ibnul Yaman seorang sahabat terkemuka dan termasuk kedalam orang yang awal-awal masuk islam. Beliau wafat pada tahun 36H

Tidak ada komentar: