Selasa, 11 Desember 2007

Fitnah kepada Ibnu Taimiyah

Suatu hari saya membaca blog wahabisme.blogspot.com yang menfitnah ibnu Taimiyah. Berikut ini adalah tulisannya (Al qur’an menurut pandangan ibnu Taimiyah) :

Dalam tulisan kali ini, kita akan mengungkap satu pandangan dari perintis dan pembesut mazhab takfiriyah ini mengenai Al-quran. Yakni pandangan Ibnu Taimiyah tentang tafsir Al-quran. Satu hal yang di yakini oleh para ulama Ahlu Sunnah dan para mufassir dan telah disepakati secara ijmak adalah bahwa Al-quran mengandung dua sisi makna yakni dhahir dan bathin, luar dan dalam.

Pernyataan yang aneh sekali. Entahlah saya sama sekali tidak menemukan sumber para ulama, apalagi sahabat dan tabi’in yang mengatakan bahwa Al Qur’an memiliki dua sisi makna baik yang dhahir maupun yang bathin. Yang saya pahami adalah bahwa orang yang paling memahami Al Qur’an adalah Rasulullah dan para shahabat dengan kata lain makna Al Qur’an baik itu yang sudah jelas maupun yang perlu penjelasan adalah kita melihat bagaimana Rasulullah dan para shahabat menyikapi mengenai ayat itu.

Contoh :

"Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan" (QS. An-Nisaa : 4)

Pemahaman saya mengenai ayat ini adalah diperintahkannya untuk memberikan mahar kepada wanita yang akan dinikahi dan hanya itu pemahaman saya. Saya tidak mengetahui adanya makna bathin apalagi makna luar dalam.

Wahabisme.blogspot.com juga berkata :

Contoh paling nyata akan kebahlulan Ibnu Taimiyah adalah ketika dia menyakini bahwa semua ayat-ayat yang ada dalam Al-quran adalah Muhkamat dan tidak ada ayat dari ayat-ayat Al-quran yang Mutasyabihat. Contoh tentang keyakinan dia yang keblinger itu bisa kita baca pada Kitab Tafsir Ibnu Taimiyah yang dikenal dengan Tafsir Kabir. Disana dijelaskan bahwa ayat-ayat Al-quran semuanya adalah Muhkamat dan ayat mutasyabih itu tidak ada Lihat Kitab Tafsir Kabir, Juz 1, Halaman 253

Apakah benar ibnu taimiyah mengatakan demikian ? apakah ibnu Taimiyah mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Qur’an ?. Sudah jelas bahwa wahabisame.blogspot.com sama sekali tidak memahami perkataan ibnu Taimiyah. Mungkin saya tidak berkomentar banyak mengenai masalah ini dikarenakan saya tidak punya buku Tafsir Kabir yang menjadi rujukan wahabisme.blogspot.com sehingga saya tidak bias mengecek silang apa yang dituduhkan wahabisme.blogspot.com. mohon maaf atas keterbatasan sarana saya.

Wahabisme.blogspot.com juga berkata :

Contoh dari dagelan yang dipamerkan Ibnu Taimiyah dalam manhaj tafsirnya dengan berdalih takwil ayat berdasarkan kesepakatan ulama tafsir dan para sahabat adalah ketika dia menafsirkan ayat Al-quran dengan dhohir ayat saja dan tanpa mentakwilkan makna bathin ayat tersebut. Sementara dakwaan dia bahwa tafsir ibnu taimiyah berdasarkan takwil dari sahabat dan ulama-ulama tafsir hanyalah kebohongan yang paling nyata dalam dagelan ini.

Misalnya kalau kita baca baca Tafsir surat An-nur, Halaman 178 dan 179. Disana dia katakan bahwa: “Saya menafsirkan ini berdasarkan Naql dari para sahabat, dan semua hadist serta ratusan tafsir mulai dari yang kecil sampai yang besar semuanya telah saya baca…” Sementara di alam realita mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah sama sekali tidak memperhatikan apa yang telah dia katakan tersebut dan malah sangat bertentangan dengan kebanyak ulama-ulama Sunnah dan hadist yang diriwayatkan dari para sahabat. Misalnya kalau kita lihat pada tafsir surat Al-qalam ayat 42, dia menafsirkan ayat ini berdasarkan dhohir dan tidak mentakwilkannya, sementara kebanyakan ulama jumhur dari Ahlu Sunnah mentakwil tafsir ini. Allah swt berfirman dalam surat Al-qalam ayat 42: “Yauma Yuksafu an Saaqin…..” Artinya: “Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; Maka mereka tidak kuasa”.Saaqin” disini mempunyai makna sesuatu yang dahsyat. Makanya dalam ibarat arab mengatakan: “Kasyful Harbi an Saaqiha”, yang artinya peperangan yang dahsyat telah dimulai. Lihat tafsir Tabari, Jilid 5, juz 8, Halaman 201 dan 202.

Atau ketika dia menafsirkan surat Adz-dzariyaat ayat 47:”Wa As-samaa Banainaaha Biaidin”. Yang artinya adalah: ”Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa”. Disana Ibnu Taimiyah juga menafsirkannya dengan dhohir ayat sementara ulama jumhur dari Ahlu Sunnah mentakwilkan tafsir ayat ini menjadi “Banainaaha Biquwwatin” yakni, “Kami bangun dengan kekuatan” sementara Biaidin ditafsirkan oleh ulama Ahlu Sunnah dengan kinayah atas kekuatan dan kekuasanNYa. Lihat Tafsir Tabari, Juz 27, Halaman 7.

Memang benar sekali bahwa Ibnu Taimiyah memandang bahwa Allah memiliki muka, dua tangan betis, mata, sifat turun ke langit dunia, bersemayam (istiwa), dan juga Allah berada di langit. Saya tidak akan membantah hal tersebut. Akan tetapi wahabisme.blogspot.com kurang mencermati perkataan ibnu Taimiyah dan menuduh bahwa ini sebuah dagelan tanpa melihat pendapat-pendapat ulama yang lainnya mengenai masalah ini. Sekalian saya bahasa tuduhan-tuduhan lainnya yang diberikan kepada Ibnu Taimiyah.

Perlu saya tekankan bahwa salah satu sifat Allah adalah bahwa tidak ada satupun yang serupa dengan Dia. Dengan kata lain Alah bisa punya dua tangan tapi jangan dibayangkan bahwa tangan Allah seperti tangan makhluk. Kita aja beda makhluk tangannya beda. Tangan kera sama tangan manusia beda. Apalagi tangan Allah. Dalam aqidah Ahlussunnah kita diwajibkan mengimani allah memiliki dua tangan akan tetapi bagaimana tangan Allah maka itu sesuai dengan kebesaran dan kesempurnaan Allah dan tak serupa dengan makhluknya. Ini yang saya pahami dari perkataan Ibnu Taimiyah.

Imam al-Auza’I yang dianggap Imam ahli Syam di jamannya. Beliau berkata: “Kami dan para tabi’in semuanya menetapkan dengan kesepakatan kami bahwa: Sesungguhnya Allah di atas ‘Arasy-Nya dan kami beriman dengan apa yang telah dinyatakan oleh Sunnah berkenaan sifat-sifat Allah Ta’ala” (Lihat Fathul Bari halaman 406. Ibn Hajar al-Asqalani. Dar Ihya at-Turath al-Arabi. Beirut).

Imam Abu Hasan Al-Asy’ari rahimahullah, beliau telah menegaskan bahwa al-Qur’an bukan makhluk dan diturunkan oleh Allah yang berada di langit dan beliau seterusnya menjelaskan: “Allah mempunyai sifat, mempunyai tangan, bersemayam di atas Arasy-Nya dan al-Qur’an diturunkan dari langit”. (Lihat Iktiqad Aimatul Hadist hlm 50-51. Ismaili).

Imam as-Syafi’i rahimahullah menjelaskan (sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abi Talib setelah beliau ditanya tentang sifat Allah): Dan bagi-Nya dua tangan sebagaimana firman-Nya: (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka. Bagi-Nya tangan sebagaimana firman-Nya: Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Allah mempunyai wajah sebagaimana firman-Nya: Setiap sesuatu akan binasa kecuali Wajah-Nya. Baginya kaki sebagai sabda Nabi saw: Sehinggalah Dia meletakkan wajah dan Kaki-Nya. Dia mempunyai jari sebagaimana sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Tiadalah hati itu kecuali antara jari-jari dan jari-jari Ar-Rahman (Allah). Kami menetapkan sifat-sifat ini dan menafikan dari menyerupakan sebagaimana dinafikan sendiri oleh Allah sebagaimana difirmankan: (Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat). (Lihat Iktiqad Qimmah al-Arba’ah. Abi Hanifah, Malik, Syafie wa-Ahmad. Hlm 46-47).

Imam Syafi’i juga menjelaskan: Dan Allah Ta’ala di atas ‘Arasy-Nya (Dan ‘Arasy-Nya) di langit. (Lihat Iktiqad Qimmah al-Arba’ah. Abi Hanifah, Malik, Syafie wa-Ahmad. Hlm 40).

Imam Syafi’i juga menjelaskan: “Kita menetapkan sifat-sifat (Allah) sebagaimana yang didatangkan oleh al-Qur’an dan yang warid tentang-Nya dari sunnah, kami menafikan tasybih (penyerupaan) tentang-Nya karena dinafikan oleh diri-Nya sendiri sebagaimana firman-Nya” (Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya). (Lihat Iktiqad Qimmah al-Arba’ah. Abi Hanifah, Malik, Syafi’i wa-Ahmad. Hlm 42).

Imam Syafi’i juga telah menjelaskan tentang turun naiknya Allah: “Sesungguhnya Dia (Allah) turun setiap malam ke langit dunia (sebagaimana) menurut khabar dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa-sallam”. (Lihat Iktiqad Qimmah al-Arba’ah. Abi Hanifah, Malik, Syafi’i wa-Ahmad. Hlm 47).

Pernyataan Ibnu Taimiyah dan Imam Syafi’i yang sejalan ini ternyata berlandaskan hadist Rasulullah sallallahu’alaihi wa-salam: “Tuhan kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir, maka Ia berfirman: Barangsiapa yang berdoa padaku maka akan aku kabulkan, barangsiapa yang meminta maka akan aku beri dan barangsiapa yang meminta ampunan maka akan aku ampunkan”. (HR. Bukhari:1141, /muslim:758, Abu Daud: 4733, Turmizi: 4393, Ibnu Majah: 1366, Ahmad:1/346)

Tidak ada komentar: