Senin, 28 April 2008

Kitab Kasyfu Syubuhat Kitab Kafir ? (Bagian 1)

Bismillahirahmaanirrahiim

Sebelumnya aku memohon ampun kepada Allah jika nantinya pada tulisanku ini terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak saya ketahui. Bagi pembaca saya persilakan untuk mengkritik kesalahan saya.

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah blog milik AbuSalafy yang mengatakan bahwa kitab KASYFU SYUBUHAT merupakan kitab yang syarat dengan pengkafiran terhadap kaum muslimin. Kitab ini merupakan kitab karangan syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab.

Dalam blog salafy disebutkan sebagai berikut :

Kitab Kasyfu asy-Sybubuhât adalah sarat dengan doktrin pengafiran atas kaum Muslimin selain kelompok Wahhabi (yang tunduk menerima ajakan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb). Ia telah mengkategorikan banyak hal yang bukan syirik ke dalam daftar kesyirikan! Dan atas dasar itu ia mengafirkan dan menvonis musyrik selain kelompoknya.

Dalam buku kecil itu, Ibnu Abdil Wahhâb telah menyebut umat Islam, seluruh umat Islam, baik awam maupun ulamanya dari berbagai mazhab dan golongan selain kelompoknya dengan sebutan musyrikan tidak kurang dari dua puluh empat kali. Sementara itu, lebih dari dua puluh lima kali ia menyebut kaum Muslimin dengan sebutan yang sangat keji dan kotor.

Komentar Saya ,

Semoga AbuSalafy diberi petunjuk oleh Allah mengenai kesalahannya ini, Saya juga menyarankan AbuSalafy untuk membaca buku itu sekali lagi dengan cermat, dengan membaca setiap penjelasan dari setiap pernyataan yang ada dan kalu perlu silakan baca buku-buk syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang lain sehingga AbuSalafy bisa lebih memahami apa yang dimaksud Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Saya disini mengasumsikan bahwa AbuSalafy telah membaca buku Kaysfu Syubuhat, saya juga membaca buku syarah Kasyfu Syubuhat karangan syaikh Utsaimin yang merupakan penjelas dari kita Kasyfu Syubuhat .

Ketika syaikh Utsaimin menjelaskan mengenai perkataan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab “ketahuilah bahwa tauhid adalah …..” - yang merupakan pernyataan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang pertama-tama dalam kitabnya – dengan mendefinisikan tentang ilmu dan tingkatan-tingkatannya. Ini sangat penting karena masalah ilmu ini akan menentukan bagaimana kaidah pengkafiran. Suatu pengkafiran adalah yang sangat berat bahkan Rasulullah menyatakan barang siapa menuduh kafir sauadaranya dan ternyata saudaranya tidaklah akfir maka kekafiran itu akan kembali kepadanya.

Saya juga sudah menuliskan panjang lebar mengenai kaidah pengkafiran ini dalam kesempatan sebelumnya yang bisa saudara baca di http://abuhasanmustofa.blogspot.com/2007/11/sebuah-pra-kata-sebelum-memulai-segala.html

Syaikh Utsaimin dalam kitab Syarah Kasyfu Syubuhat mengatakan

“ Tuduhan bahwa kami mengkafirkan secara umum, mewajibkan orang yang mampu menampakkan agama kepada kami, atau mengkafirkan orang yang tidak mau mengkafirkan (seseorang yang layak dikafirkan) dan orang yang tidak mau berperang semuanya merupakan kebohongan dan hanya akan menghalangi manusia menaati agama Allah dan Rasulnya.

Jika kami tidak mengkafirkan orang-orang yang menyembah patung yang ada di kuburan Aldul Qadir dan Ahmad Al Badawi atau kuburan lainnya karena ketidaktahuan mereka atau tidak adanya orang yang memberi peringatan kepada meraka, maka bagaimana mungkin kami mengkafirkan orang yang tidak menyekutukan Allah akan tetapi tidak berhijrah kepada kami, atau orang yang tidak mau mengkafikran (orang yang layak dikafirkan) atau tidak mau berperang ?”

Syaikh Utsaimin menjelaskan banyak dalam masalah pengkafiran ini kemudian beliau menyatakan

”Memang benar, kita mendapati ulama salaf dan para imam mengkafirkan seseorang yang menyatakan begitu dan begitu. Akan tetapi mereka menetapkan secara global, bukan secara orang per orang. Jadi kita harus membedakan antara pengkafiran secara global dan orang per orang.

Pengkafiran merupakan suatu ancaman, meskipun terkadang ucapan seseorang kadang mendustakan Rasulullah, tetapi bisa jadi orang tersebut baru masuk islam, atau tinggal di Negara yang jauh dari dakwah islam. Olek karena itu orang semacam ini tidak boleh dikafirkan karena ucapannya sebelum dia tahu mana yang benar dan mana yang salah. Atau boleh jadi orang tersebut belum mendengar dalil-dalilnya, atau dia telah mendengar akan tetapi dalil tersebut tidak kuat menurutnya, atau dia membantah dalil tersebut dengan alasan-alasan yang mengharuskan dia mentakwilnya, sekalipun mungkin salah”

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan :

Pendapat orang bahwa saya mengkafirkan secara umum adalah termasuk kedustaan para musuh yang menghalangi manusia dari agama ini, kita katakan : Maha Suci Engkau Allôh, ini adalah kedustaan besar”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 100)

Mereka menisbatkan kepada kami berbagai macam kedustaan, fitnah pun semakin besar dengan mengerahkan terhadap mereka pasukan syetan yang berkuda maupun yang berjalan kaki. Mereka menebarkan berita bohong yang seorang yang masih mempunyai akal merasa malu untuk sekedar menceritakannya apalagi sampai tertipu. Diantaranya apa yang mereka katakan bahwa aku mengkafirkan semua manusia kecuali yang mengikutiku dan pernikahan mereka tidak sah. Sungguh suatu keanehan, bagaimana mungkin perkataan ini bisa masuk kedalam pikiran orang waras. Dan apakah seorang muslim akan mengatakan seperti ini? Aku berlepas diri kepada Allôh dari perkataan ini, yang tidak bersumber kecuali dari orang yang berpikiran rusak dan hilang kesadarannya. Semoga Allôh memerangi orang-orang yang mempunyai maksud-maksud yang batil”. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal 80)

Aku hanya mengkafirkan orang yang telah mengetahui agama Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam kemudian setelah dia mengetahuinya lantas mengejeknya, melarang manusia dari memeluk agama tersebut dan memusuhi orang yang berpegang dengannya. Tetapi kebanyakan umat –alhamdulillâh- tidaklah seperti itu”. (Ad Durarus Saniyyah : 1/73)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga Allah memberikan tambahan ilmu kepada engkau saudaraku, Untuk bisa tetap menyampaikan kebenaran, dan tetaplah selalu untuk berjuang!